Roman ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang anak kolong yang bernama Setadewa atau oleh keluarga priyayinya dipanggil Teto. Teto ialah anak dari seorang Kepala Divisi Garnisiun 3 Magelang KNIL tentara negeri Holland dan seorang wanita keturunan ningrat keraton Surakarta bernama Maurice. Pada masa penjajahan Belanda di Hindia Belanda hidup keluarga Teto makmur, namun semuanya berubah ketika Jepang tiba di Indonesia. Ayahnya yang notabene tentara KNIL tentunya menjadi incaran Jepang. Ketika keadaan ekonomi keluarganya miris, tragedi menimpa Teto, ayahnya ditangkap oleh serdadu Jepang dan mamanya di tawan oleh tentara Jepang, mama teto diberi 2 pilihan, menjadi gundik pemuas nafsu tentara Jepang atau ayahnya meninggal. Maka Mauruce memilih pilihan yang pertama. Teto tiba tiba menjadi sebatang kara, lalu dia pergi ke rumah saudara dari Omnya Pangeran Hendraningrat di daerah Keramat. Teto tiba di rumah keluarga Antana, disambut oleh Si prenjak Larasati Antana dan ayahnya juga ibu larasati yang keturunan nigrat keraton Surakarta.
Di kediaman keluarga Antana, Teto merasakan kenyamanan dan kasih sayang dari Larasati, yang menjadi temannya bermain dan memberi makan burung – burung semasa kecil di lingkungan istana Surakarta. Ketika beranjak dewasa Teto memilih untuk meneruskan perjuangan ayahnya menjadi tentara KNIL sementara Larasati memilih menjadi juru ketik di istana negara. Suatu hari Teto bertemu atasannya, dan ketika itu dia mengetahui bahwa dulu atasannya pernah melamar Maurice, mama Teto. Dan melalui atasanya pula Teto mengetahui bahwa mamanya belum meninggal melainkan menderita kelainan jiwa. Hidup Teto hancur, dan dia merindukan Larasati.
Teto berhenti menjadi KNIL dan dia bekerja di luar negeri sebagai juru komputer di perusahaan Oil Pacific. Pekerjaannya membawanya kembali ke tanah kelahirannya, Indonesia. Teto kembali ke Indonesia untuk menyelidiki masalah perusahaan tempatnya bekerja, dan ketika itulah Teto bertemu kembali dengan si prenjak Larasati pada seminarnya. Ternyata ketika itu Larasati telah bersuami dan mempunyai 3 orang anak. Teto dipecat dari perusahaannya karena dianggap berkhianat, lalu Teto kembali hidup bersama keluarga Antana bersama suami Larasati. Ketika itu Teto dan juga Larasati menyadari bahwa mereka masih tetap sayang antara satu sengan yang lain, tidak sebagai keluarga, melainkan perasaan lain. Ibu Larasati dan juga suami Larasati menyadarinya juga, Teto merasa tidak enak dan ingin pergi dan hidup sendiri. Tetapi keluarga Antana memintanya tetap tinggal. Ketika suatu hari Ayah dari Suami Larasati meminta Larasati dan Suaminya untuk melaksanakan Haji. Namun naas, Larasati dan suaminya tewas, pesawat yang ditumpanginya jatuh di Kolombo. Dan akhirnya, Teto memutuskan untuk merawat 3 anak Larasati yaitu Kris, Padmi, dan Teto kecil bersama Ibu Antana.